Dukung Kami PKN4ALL Dengan Donasi di https://saweria.co/jokosan | Scan Barcode Di Samping | Kami PKN4ALL Besar Karena Dukungan Anda Semua. Terima Kasih!

MODEL PEMBELAJARAN UMUM

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PKn

Model pembelajaran PKn bercirikan pada pengembangan sikap demokratis yang bertanggung jawab sebagai seorang warga negara. Berkenaan dengan ini. Secara umum Rath dan Kirchenbaun  mengidentifikasi beberapa model pengembangan sikap demokratis yang bertanggung jawab yang cukup relevan dengan pendidikan kewarganegaraan.

Model pembelajaran tersebut antara lain: 

MODEL PEMBELAJARAN
KARAKTERISTIK POKOK UNTUK MASING-MASING STRATEGI TERSEBUT
1. Pertemuan Kelas Berita Baru (Good News Class Meeting), 
1. Pertemuan Kelas Berita Baru merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertangguingjawab melalui pertemuan kelas, guna membahas berita aktual yang ada di media massa seperti surat kabar, televisis, radiao atau internet. Contohnya : berita tentang demonstrasi yang berujung dengan perusakan. Dengan membahas berita aktual siswa akan selalu punya raa ingin tahu dan peka terhadap masalah aktual yang terjadi di lingkungannya.
2. Cambuk bersiklus (Circle Whip),
2. Cambuk Bersiklus merupakan strategi pemgembangan sikap demokratis dan ertanggungjawab melalui pertemuan saling bertanya dan menjawab secara bergiliran. Setiap orang harus mendengarkan pertanyaan siswa lain dan menyiapkan pertanyaan untuk siswa lainbukan pemberi pertanyaan sebelumnya . Contohnya , siswa A bertanya kepada siswa B “Mengapa terjadi tawuran di sekolah?” . Siswa B menjawab pertanyaan itu, kemidian mengajukan pertanyaan lain terkait pertanyaan pertama, “Bagaimana cara menjaga kerukunan antar siswa dan mencegah terjadinya tawuran lagi?”. Dengan cara ini siswa akan terlatih untuk selalu peka dan tanggap terhadap orang lain.
3. Waktu untuk Penghargan (Appreciation Time),
3. Waktu untuk Penghargaan, merupakan startegi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberikan penghargaan atau penghormatan terhadap orang lain, misalnya: menghadiri acara duka cita karena ada orang yang meninggal atau kena musibah. Dengan cara ini siswa akan terasah nuraninya untuk selalu menghormati orang lain karena mengakui prestasi yang dicapainya atau dedikasi yang diberikannya kepada kepentingan umum/ orang lain.
4. Waktu untuk yang Terhormat (Compliment Time),
4. Waktu untuk Yang Terhormat, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melelui acara yabf secara khusus diadakan atas inisiatif siswa untuk emeberikan penghargaan kepada orang yang sangat dihormati. Misalnya: acara yang diadakan pada saat ada seorang guru senior atau kepala sekolah akan memasuki purna tugas atau pensiun. Dengan cara ini siswa akan selalu memiliki empati sebagain bagian dari tanggungjawab sosial.
5. Pertemuan Perumusan Tujuan (Goal setting Meeting),
5. Pertemuan Perumusan Tujuan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan yang sengaja diadakan atas inisiatif guru dan/ atau siswa untuk merumuskan visis atau tujuan sekolah. Misalnya :simulasi rapat sekolah untuk merumuskan rencana pemugaran sekolah. Dengan cara itu siswa akan meliki rasa memiliki sekolahnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan kecintaan dan tanggungjawab terhadap sekolahnya tanpa harus diminta.
6. Pertemuan Legislasi ( Rule Setting meeting),
6. Pertemuan legislasi, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk merumuskan atau menyususn norma atai aturan yang akan berlaku di sekolah. Misalnya: kapan siswa bolah tidak memakai pakaian seragam sekolah satu hari dalam seminggu kemudian menuangkannya secara konsensus menjadi salah satu butir aturan dalam tatatertib sekolah. Dengan cara ini siswa akan mampu berpikir normatif.
7. Pertemuan evaluai aturan (rule Evaluating Meeting) ,
7. Pertemuan Evaluasi Aturan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk mengevaluasi pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati dan berlaku di sekolah. Misalnya: simulasi rapat tentang peraturan tentang hari bebas berpakaian satu hari dalam seminggu kemudian secara konsensus menyempurnakan butir aturan dalam tatatertib sekolah itu agar lebih adil. Dengan cara ini siswa akan mampu berpikir normatif–evaluatif.
8. Pertemuan perumusan Langkah Kegiatan (Stage Setting Meeting),
8. Pertemuan Perumusan Langkah kegiatan merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa di bawah supervisis sekolah . misalnya ;simulasi rapat penentuan prioritas kegiatan kesiswaan untuk satu tahun mendatang. Dengan cara itu siswa akan mengerti dan terbiasa menentukan prioritas dikaitkan dengan ketersediaan waktu atau dana.
9. Pertemuan Evaluasi dan Balikan (Feedback Evaluation),
9. Pertemuan Evaluasi dan Balikan merupakan strategi pengembnagan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberikan masukan terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah atas dasar hasil monitoring kelompok siswa dan / atau guru yang sengaja ditugasi untuk itu. Contohnya: simulasi dengar pendapat sekolah untuk mendapatkan masukan pelaksanaan kebijakan larangan merokok di sekolah. Dengan cara ini siswa akan selalu berpikir reflektif dan evaluatif.
10. Pertemuan Refleksi bekajar (Selation on Learning),
10. Pertemuan Refleksi Belajar merupakan staretgi pengembangan sikapdemokratis dan bertanggungjawab melelui pertemuan pengendapan dan evaluasi terhadap proses dan atau hasil belajar setelah selesai satu atau beberapa pertemuan. Contohnya: pertemuan untuk meminta siswa menilai kemajuan belajarnya dalam satu semester. Dari pertemuan iniguru akan memperoleh masukan dari siswa tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran, dan siswa akan mendapatkan masukan tentang pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan dan tindak lanjut peningkatan intensitas belajar lebih lanjut.
11. forum Siswa (Student Presentation),
11. Forum siswa, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberi kesempatan siswa secara individual atau kelompok menyajikan pendapatnya hasil pemahaman terhadap sumber informasi atau projek belajar yang dilakukan atas tugas guru atau atas inisiatif sendiri. Misalnya, curah pendapat (brainstorming) tentang pelanggaran tatatertib lalu lintas. Dengan cara ini siswa akan terbiasa bertanggungjawab atas pendapatnya dan mau mendengarkan pendapat orang lain dan jika ternyata salah mau mengakui kekurangannya itu.
12. Pertemuan Pemecahan Masalah ( Problem Solving Meeting),
12. Pertemuan Pemecahan Masalah, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar atau lingkungan daerah atau nasional yang menyangkut kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahakan masalah melalui langkah berpikir kritis dan kreatif.
13. Pertemuan Isu Akademis ( Academis Issues),
13. Pertemuan Isu Akademis, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk membahas masalah akademis. Misalnya , pembahasan isu tentang gizi, cara hidup sehat, perubahan cuaca, dan korupsi yang terkait lingkungan daerah atau nasional yang tidak secara langsung menyangkut kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah busung lapar, flu burung, pemogokan buruh. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah akademis secara populer melalui langkah berpikir ilmiah secara kritis dan kreatif.
14. Pertemuan Perbaikan Kelas ( Classroom improvment Meeting),
14. Pertemuan Perbaikan Kelas, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan kelas untuk membahas atau memecahkan masalah yang menyangkut kehidupan siswa di kelasnya atau di lingkungan sekolahnya, seperti pemecahan masalah bolos, tata tertib sekolah. Contohnya, diskusi tentang upaya memperbaiki situasi sekolah. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah yang aeda di kelasnya melalui langkah yang demokratis.
15. Pertemuan Tindak Lanjut (Folow UP Meeting),
15. Pertemuan Tindak lanjut merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk membahas tindak lanjut dari suatu kegiatan berseri di lingkungan sekolah. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah yang ada di kelasnya melalui langkah yang demokratis.
16. Pertemuan Perencanaan (Planing meeting),
16. Pertemuan Perencanaan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk menyusun rencana bersama. Misalnya, merencanakan piknik akhir tahun , pentas seni tahunan, pemilihan pengurus kelas atau OSIS . dengan cara ini siswa akan terlatih menyususn rencana yang layak melalui kesepakatan.
17. Pertemuan Pengembangan konsep( Concept Meeting ),
17. Pertemuan pemgembangan Konsep, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk menyususn suatu gagasan baru yang dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan, atau menyarankan pemecahan atasmasalah yang cukup pelik. Contohnya, diskusi kelonpok untuk menyusun gagasan Desa Sejahtera , Sekolah Teladan , Sekolah Unggulan, dan sebagainya.Dengan cara ini siswa akan terlatih membangun kerangka konseptual dan mengajukan pemecahan secara konseptual untuk memecahkan masalah.
18. Pembahasan situasi Pelik (Stiky Situation),
18. Pemecahan situasi Pelik, merupakan strategi pemgembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melaui pertemuan untuk memecahkan masalah yang terkait pada keadaan yang pelik atau dilematik. Seperti: penetapan pilihan membolehkan atau melarang siswa untuk melakukan pendakian gunung atau kegiatan yang mengandung resiko. Dengan cara ini siswa akan terlatih mempertimbangkan resiko dari stiap keputusan melalui lantgkah berpikir kritis dan aspiratif.
19. Kotak saran ( Suggestion box/ Class Box),
19. Kotak Saran, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pengumpulan pendapat secara bebas dan rahasia untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitar.misalnya, masukan ke dalam kotak ini pendapat anda tentang cara meningkatkan kegiatan sekolah kita. Dengan cara ini siswa akan terlatih menyampaiakan pendapat dan menghormati privacy atau hak pribadi orang lain.
20. Pertemuan dalam Pertemuan (And Meeting on Meeting).
20. Pertemuan dalam Pertemuan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan kelompok kecil dalam konteks pertemuan klasikal atau pertemuan besar. Dengan cara ini siswa akan terlatih dan selalu berusaha untuk memelihara .

MODEL MODEL PEMBELAJARAN LAINNYA
  1. EXAMPLES NON EXAMPLES
  2. PICTURE AND PICTURE
  3. NUMBERED HEAD TOGETHERS
  4. COOPERATIVE SCRIPT
  5. KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
  6. STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD)
  7. JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
  8. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
  9. ARTIKULASI
  10. MIND MAPPING
  11. MAKE – A MATCH
  12. THINK PAIR AND SHARE
  13. DEBATE
  14. ROLE PLAYING
  15. GROUP INVESTIGATION
  16. TALK STIK
  17. BERTUKAR PASANGAN
  18. SNOWBALL THROWING
  19. STUDENT FACILITATOR AND EXPAINING
  20. EXPLISIT INTRUCTION (PEMBELAJARAN LANGSUNG)
  21. INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
  22. COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
  23. COURSE REVIEW HORAY
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO 
Dalam konteks pembelajaran, portofolio diartikan sebagai suatu proses sosial paedagogis adalah kumpulan pengalaman belajar yang terdapat dalam pikiran subyek didik, baik yang berwujud pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk memperoleh gambaran tentang pikiran yang ada dalam diri subyek didik itu perlu diungkap dengan memberikan sederet tugas yang merupakan suati kebulatan. Hasil siswa berupa laporan tugas dikumpulkan dalam portofolio/kumpulan pekerjaan. Kumpulan tugas ini dapat bersifat individual atau kelompok.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan bentuk dari praktek belajar kewarganegaraan, dengan maksud membantu subyek didik dalam memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar secara praktik-empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, partisipasi, menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, dan berperanserta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis portofolio meliputi :
1. Mengidentifikasi masalah yang terkait dengan materi pelajaran, dengan melalui kegiatan :
  • Kelompok kecil. Kelompok kecil dalam kelas dapat berdiskusi untuk mencari satu masalah yang selanjutnya disampaikan ke kelas.
  • Pekerjaan rumah. Misal guru memberi tugas mencari masalah yang ada di sekitar siswa dengan cara melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, melakukan pengamatan di lingkungan atau mencari masalah yang dari media atau dari sumber informasi lain.
2. Memilih masalah, dengan melakukan kegiatan :
  • Membuat daftar masalah. Masalah yang berhasil dihimpun siswa baik dari kelompok maupun tugas dibuat dalam daftar masalah di papan tulis.
  • Melakukan kesepakatan atau pemungutan suara. Para siswa memilih satu dari sejumlah daftar masalah yang ada dengan cara kesepakatan (mufakat) atau dengan pemungutan suara. Masalah yang terpilih akan menjadi bahan bagi pembelajaran portofolio.
Dalam pemilihan masalah ini, guru dapat memberi sumbangan pemikiran bahwa masalah yang baik adalah masalah tersebut berkenaan langsung dengan kehidupan keseharian siswa, merupakan masalah yang ada di daerah siswa, aktual, dan perlu segera ditanggulangi.

3. Mengumpulkan informasi terkait dengan masalah.
Pengumpulan informasi dilakukan agar siswa mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi mengenai masalah tersebut . Kegiatan pada langkah ini dapat berupa :
  • Kegiatan kelas untuk mengidentifikasi sumber-sumber informasi, misalnya : perpustakaan, lembaga, seperti kantor, kepolisian, rumah sakit dan lain-lain yang memiliki kaitan dengan masalah yang telah dipilih
  • Pekerjaan rumah : melakukan pengumpulan informasi, secara kelompok, dapat dilakukan dengan kunjungan atau lewat telepon ke sumber informasi
4. Mengembangkan Portofolio Kelas
a. Ada dua macam, yaitu portofolio yang ditayangkan (Portofolio Penayangan) dan yang disimpan sebagai arsip (Portofolio Dokumentasi)
  • Portofolio Penayangan berupa papan poster atau papan busa yang nantinya untuk tempat penempelan karya siswa. Karya siswa yang berupa hasil wawancara, hasil kliping, foto, peta, grafik, gambar, pernyataan tertulis, selebaran dan sebagainya yang terkait dengan masalah sesuai dengan kelompok portofolio dipajang di papan tersebut. Portofolio penayangan ini berjumlah empat buah sesuai dengan kelompok protofolio.
  • Portofolio Dokumentasi. Isinya sama dengan bagian atau seksi penayangan hanya lebih lengkap dan tersusun dalam sebuah map.
Untuk seksi penayangan isinya hal hal yang penting atau garis besar yang nantinya dipakai sebagai bahan presentasi untuk penyajian kelas (Show Case). Protofolio Dokumentasi lebih bersifat sebagai dokumen dan bukti karya yang telajh dilakukan siswa. Pada protofolio dokumentasi ini juga berisi 4 bagian sesuai dengan kelompok protofolio.
b. Membagi kelompok portofolio menjadi empat kelompok, dengan mengadakan pembagian tugas :
  • kelompok portofolio satu dengan tugas menjelaskan masalah
  • kelompok portofolio dua bertugas untuk mengkaji beberapa alternative kebijakan yang diusulkan sebagai pemecahan masalah;
  • kelompok portofolio tiga bertugas untuk mengusulkan kebijakan pemecahan masalah
  • kelompok portofolio empat bertugas untuk menyusun rencana tindakan.
c. Setiap kelompok protofolio mulai melakukan kegiatan sesuai dengan tugasnya masing-masing. 
Hasil karya tiap kelompok diwujudkan dalam dua bentuk yaitu portofolio penayangan dan portofolio dokumentasi.
5. Penyajian portofolio (Show-Case)
Dengan diselesaikannya tugas-tugas persiapan oleh semua kelompok, selanjutnya dilakukan show-case (gelar kasus). Penyajian portofolio digelar di hadapan dewan tiga orang juri yang mewakili kelompok orang tua, masyarakat, dan sekolah. Penyajian portofolio perlu dibantu oleh
moderator sebagai pengendali jalannya penyajian. Setiap selesai penyajian oleh kelompok, dilakukan tanya-jawab dengan para anggota dewan juri. Dengan demikian setiap kelompok mempunyai wakil sebagai juru bicara untuk penyajian kelompok, dan untuk menjawab pertanyaan dewan juri. Penyajian kelompok dilakukan dengan menayangkan portofolio
tayangan yang sudah dipersiapkan, sesuai dengan tugas masing-masing kelompok.
6. Melakukan refleksi pengalaman belajar
Setelah kelas selesai menyajikan portofolio dengan kegiatan show-case maka dilakukan refleksi pengalaman belajar. Merefleksi berarti bercermin, maknanya adalah bercermin dari pengalaman belajar portofolio baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun secara klasikal. Dalam refleksi siswa diajak untuk mengevaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar, serta apa yang akan dilakukan sendainya melakukan portofolio di kemudian hari. Refleksi pengalaman belajar berguna untuk menghindari kesalahan di masa mendatang serta untuk meningkatkan kinerja belajar siswa.
KEPUSTAKAAN:
  1. Depdiknas. 2006. Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta. Depdiknas
  2. Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran. Buku IV. Jakarta: Dikmenum Depdiknas
  3. Kurikulum 2004. Mata Pelajaran Kewarganegaraan Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lampiran Standar Isi
  4. Pendidikan Kewarganegaraan Suwarma Al Muchtar, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran PKn. Jakarta : UT

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN PKn

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran dengan keunikan tersendiri. PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengandung konsekwensi bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu mempertahtikan karakteristik pembelajaran PKn itu sendiri.
Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
PKn dalam kurikulum perguruan tinggi juga tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang dijadikan arah pengembangan PKn sebagai mata kuliah. Kompetensi dasar mata kulaih PKn di PT adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplindan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (S-K Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006)
Dalam hal tujuan, PKN persekolahan memiliki tujuan sebagai berikut; agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
  1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
  2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
  3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
  4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
Menyimak hal–hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD 1945. Di sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk warganegara yang kritis, partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa .
Dalam naskah KBK 2004 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn

PENGERTIAN MORAL DALAM PKn

Pengertian moral, menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik-buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral baik dan manusiawi. Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah prinsip baik-buruk yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun moral itu berada di dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan. Moral dan moralitas memiliki sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik-buruk sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan.
Setelah memahami pengertian dan makna moral di atas, coba Anda jelaskan perbedaan antara moral dengan moralitas? Sebagai contoh, Anda tentu dapat memberikan contoh perilaku moral yang baik dan kurang baik. Bagaimana cara Anda membelajarkan moral baik dan tidak baik pada siswa? Sebaiknya diawali dengan menceritakan kejadian atau kasus anak bermoral baik atau kurang baik. Cerita Malin Kundang merupakan contoh cerita rakyat yang menggambarkan anak bermoral tidak baik. Buatlah cerita tersebut semenarik mungkin sehingga anak dapat memaknai akibat moral Malin terhadap ibunya. Anak akan belajar bahwa karena sikap moral yang tidak baik, Malin mendapat kutukan dari Tuhan dan sanksi moral dari masyarakat (dicemooh, tidak mendapat teman). Setelah mendengarkan cerita, coba lanjutkan pembelajaran dengan metode sosiodrama/bermain peran, yang memungkinkan anak memainkan peran-peran dalam cerita Malin Kundang.
Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau karakterstik anak. Pakar-pakar tersebut di antaranya adalah Newman, Simon, Howe, dan Lickona. Dari beberapa pakar tersebut, pendapat Lickona yang lebih cocok diterapkan untuk membentuk watak/karakter anak.
Pandangan Lickona (1992) tersebut dikenal dengan educating for character atau pendidikan karakter/watak untuk membangun karakter atau watak anak. Dalam hal ini, Lickona mengacu pada pemikiran filosof Michael Novak yang berpendapat bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek yaitu, moral knowing, moral feeling, dan moral behavior, yang satu sama lain saling berhubungan dan terkait.
Lickona menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan karakter atau watak anak dapat dilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Dengan demikian, hasil pembentukan sikap karakter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.

Sebaiknya Anda lihat bagan Lickona di bawah ini:

NILAI DAN MORAL DALAM PKn

Tahukah kita, nilai-nilai apa yang ada pada falsafah hidup kita? Mari kita renungkan, apa saja yang telah kita lakukan kemarin? Perilaku mana yang sudah sejalan dengan tuntutan nilai yang menjadi tuntunan masyarakat Indonesia? Perilaku mana yang telah kita lakukan yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut?
Pengertian nilai (value), menurut Djahiri (1999), adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang berharga.
Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam diri siswa. PKn merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila/budaya bangsa. Pelaksanaan pendidikan nilai selain dapat melalui taksonomi Bloom dkk, dapat juga menggunakan jenjang afektif (Kratzwoh,1967), berupa penerimaan nilai (receiving), penanggapan nilai (responding), penghargaan nilai (valuing), pengorganisasi nilai (organization), karakterisasi nilai (characterization). Kecenderungan pendidikan nilai di sini adalah melalui taksonomi Bloom dkk.

PKN TIDAK SAMA DENGAN PKn, APA PENGERTIAN PKn?

Anda perlu tahu bahwa pengertian PKn (n) tidak sama dengan PKN (N).
PKN (N) adalah Pendidikan Kewargaan Negara, sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Istilah KN merupakan terjemahan civics. Menurut Soemantri (1967) Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Tentunya Anda akan bertanya warga negara yang baik itu yang bagaimana? Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan menyadari serta melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara (Winata Putra 1978). Sedangkan PKn (n) adalah Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No.2 th. 1949. Undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan, dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia (Winataputra 1995). Undang-undang ini telah diperbarui dalam UU No. 62 th. 1958. Dalam perkembanganya, UU ini dianggap cukup diskriminatif, sehingga diperbarui lagi menjadi UU No.12 th. 2006 tentang kewarganegaraan, yang telah diberlakukan mulai 1 Agustus 2006. UU ini telah disahkan oleh DPR dalam sidang paripurna tanggal 11 Juli 2006. Hal yang menarik dalam UU ini adalah terdapatnya peraturan yang memberi perlindungan pada kaum perempuan yang menikah dengan warga negara asing, dan nasib anak-anaknya (Harpen dan Jehani 2006). Perubahan ini dibangun setelah menimbang UUD hasil amandemen yang sarat dengan kebebasan, dan penuh dengan perlindungan HAM, serta hasil konvensi internasional yang anti diskriminasi.
UU No.12 th. 2006 ini berangkat dari adanya keiinginan UU yang ideal yang harus memenuhi tiga unsur :Unsur Filosofi, Yuridis, Sosiologis. Dalam UU yang lama, ketiga unsur diatas kurang tampak, karena secara filosofis UU lama masih mengandung ketentuan-ketentuan yang tidak sejalan dengan Pancasila. Sebagai contohnya, adanya sifat diskriminatif karena kurang adanya perlindungan terhadap perempuan dan anak. Sedangkan secara yuridis, pembentukan UU yang lama masih mengacu pada UUDS th. 1950, dan secara sosiologis, UU tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat dunia. Dengan demikian, sudah jelas bahwa KN berbeda dengan Kn karena KN merupakan program pendidikan tentang hak dan kewajiban warga negara yang baik, sedangkan Kn merupakan status formal warga negara yang diatur dalam UU No.2 th. 1949 tentang naturalisasi, yang kemudian diperbarui lagi dalam UU No.12 th. 2006.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Tujuan PKn adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Sedangkan tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, menurut Mulyasa (2007) adalah untuk menjadikan siswa:
  1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.
  2. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan, dan bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai moral dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini, karena jika siswa sudah memiliki nilai moral yang baik, maka tujuan untuk membentuk warga negara yang baik akan mudah diwujudkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn adalah untuk menjadikan warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka materi dalam pembelajaran PKn perlu diperjelas. Oleh karena itu, ruang lingkup PKn secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 
(1) Persatuan dan Kesatuan, 
(2) Norma Hukum dan Peraturan, 
(3) HAM, 
(4) Kebutuhan warga Negara, 
(5) Konstitusi Negara, 
(6) Kekuasaan Politik, 
(7) Kedudukan Pancasila, dan 
(8) Globalisasi. 

MODEL PEMBELAJARAN PENDEKATAN SOSIAL

Model pendekatan sosial merupakan model yang lebif tefokus pada hubungan individu (siswa) dengan individu lain (bukan guru ataupun teman sekelasnya). Dalam pendekatan ini siswa terlibat dalam alam demokratis dan bekerja secara produktif di dalam masyarakat. Dari beberapa model pendekatan yang ada, akan dibahas model pembelajaran bermain peran, model pembelajaran simulasi sosial, dan model diskusi kelompok
a. Model bermain Peran
Dalam model bermain peran, siswa dapat berperan sebagai dan berperilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga semata-mata semua siswa dapat masuk di dalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya. Contoh pada pendekatan induktif di atas tadi dapat dilaksanakan dengan model bermain peran.
b. Model simulasi sosial
Model pembelajaran ini beranggapan bahwa siswa merupakan bagian suatu system yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri yang mempunyai tiga fungsi, yaitu (1) menghasilkan gerakan/tindakan yang diinginkan, (2) membandingkan kesesuaian tindakan dengan rerencana yang telah ditetapkan (mendeteksi kesalahan), dan memanfaatkan kesalahan untuk mengarahkan kepada jalur yang semestinya. 
Contoh ini sudah banyak diterapkan pada simulasi Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, hanya karena faktor politis, model ini tenggelam seiring arus reformasi politik di Negeri Kita. Seharusnya kita tidak terpengaruh kondisi ini. Inovasi pembelajaran boleh jadi menemukan banyak variasi pembelajaran, namun efektifitas suatu model pembelajaran tetap mengacu pada karakteristik materi dan peserta didik.

MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROSES

Dalam pendekatan ini guru menciptakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi sedemikian sehingga siswa terlibat secara aktif dalam berbagai pengalaman. Atas bimbingan guru siswa diminta untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai sendiri suatu kegiatan. Menurut Sagala (2003), dalam pendekatan proses ini yang dapat dilakukan siswa antara lain: mengamati gejala yang timbul, mengklasifikasikan, mengukur besaran-besarannya, mencari hubungan konsep-konsep yang ada, mengenal adanya masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis data dan menyimpulkan.
Dalam pembelajaran PKn tidak semua aktifitas seperti tersebut diatas dilaksakan. Sebagai contoh, guru bermaksud membelajarkan sikap menghargai jasa pahlawan. Guru dapat mengawalinya dengan bercerita seperti contoh pada pembelajaran pendekatan ekspositori, tetapi guru tidak cerita terus sampai kesimpulan akhir, tetapi siswa diminta untuk menganalisisnya. Guru sekedar memberi data, fakta adanya pemberontakan-pemberontakan. Siswa diminta menganalisis mengapa pemberontakan itu terjadi, mengapa pemberontakan selalu dapat dipadamkan, sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri mengapa harus menghargai jasa pahlawan. Jika siswa kesulitan, guru dapat membimbingnya. 
Jadi, pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi murid sendiri yang menemukan. Dalam pendekatan proses, evaluasi atau penilaian peserta didik menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun sebelumnya oleh guru. Pada kurikulum sebelum KTSP, pendekatan ini marak ditampilkan dengan sebutan pendekatan keterampilan proses. Pada intinya, dalam suatu proses pembelajaran kita tidak bisa terfokus pada satu pendekatan. Pendekatan dipilih oleh guru dengan cermat beracuan pada karakteristik materi dan peserta didik. Hal ini erat kaitanya dengan kemampuan guru secara paedagogis atau lebih dikenal kompetensi paedagogis sebagaimana amanah dari standar isi.
-----------------------------------------------------------------------
Baca juga: Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Sosial

MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DI PKN, RELEVANKAH?

Pendekatan ekspositori merupakan suatu pendekatan yang ditinjau dari interaksi guru dengan siswa. Dalam pendekatan ini semata-mata siswa tinggal menerima apa yang disajikan oleh guru. Jadi guru telah mempersiapkan dan merencanakan secara sistimatis sehingga siswa dapat menerimanya dengan mudah. Untuk itu dalam proses pembelajaran guru perlu melakukan apersepsi, yaitu mengingatkan kembali pengetahuan yang berkaitan dengan bahan ajar yang akan disajikan. Dalam pembelajaran ini guru menjelaskan panjang lebar, jika perlu guru membuat gambar maupun menggunakan media yang dianggap dapat lebih mempermudah siswa memahami bahan ajar yang disampaikan.

Sekarang ini, kiranya tidak ada lagi guru yang melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori, di mana guru tidak memberi kesempatan bertanya kepada siswanya, bahkan sebaliknya, guru mendorong dan menyuruh siswa supaya bertanya, sehingga interaksi tidak hanya satu arah. Yang jelas, dalam pembelajaran model ekspositori ini pada dasarnya siswa tinggal menerima apa yang diberikan guru., berbeda dengan ketrampilan proses, yang mana siswa diberi kesempatan untuk menganalisis suatu permasalahan yang disajikan guru.
Sebagai contoh, misalnya guru menjelaskan mengapa kita harus menghormati jasa pahlawan. Untuk ini diawali dari contoh pemberontakan-pemberontakan untuk melawan penjajah dan selalu dapat dipadamkan oleh penjajah. Selanjutnya guru menjelaskan munculnya ide persatuan untuk mencapai kemerdekaan karena Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa persatuan bangsa. Tindak lanjut dari ide tersebut, guru menerangkan proses terjadinya sumpah pemuda dan akhirnya tergalang semua kekuatan bangsa untuk bersama-sama melawan penjajah. Dengan gaya mimik yang cukup simpatik, dilengkapi gambar-gambar yang relevan, guru dapat membuat siswa serius mengikuti cerita guru. Akhirnya guru menjelaskan dan mengarahkan pentingnya kita menghormati para pahlawan.
-------------------------------------------------------------
Baca juga Model Pembelajaran Pendekatan Proses

Materi Lama

    Dukung Kami PKN4ALL Dengan Donasi di https://saweria.co/jokosan | Scan Barcode Di Atas | Kami PKN4ALL Besar Karena Dukungan Anda Semua. Terima Kasih!

    Postingan Populer

     
    Juli 2012