Dukung Kami PKN4ALL Dengan Donasi di https://saweria.co/jokosan | Scan Barcode Di Samping | Kami PKN4ALL Besar Karena Dukungan Anda Semua. Terima Kasih!

Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Perkembangan Kurikulum di Indonesia - Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 Tahun 2003)

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia yang dimulai sejak diproklamirkannya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tercatat sudah 8 kali kurikulum pendidikan nasional mengalami pengembangan, yaitu sebagai berikut:
  1. Kurikulum pertama tahun 1947. Kurikulum ini disebut sebagai rencana pelajaran 1947.
  2. Tahun 1964. Kurikulum ini disebut rencana pendidikan 1964.
  3. Tahun 1968.
  4. Tahun 1975. Dapat disebut kurikulum tahun 1975 lebih sistematik dari kurikulum-kurikulum sebelumnya.
  5. Tahun 1984. Kurikulum ini adalah penyempurnaan kurikulum tahun 1975.
  6. Tahun 1994 ditambah dengan suplemen tahun 1999.
  7. Tahun 2004. Kurikulum ini disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Walaupun kurikulum ini belum memiliki landasan hukum pelaksanaan, menurut Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas dalam buku berjudul Kurikulum Berbasis Kompetensi (2002:19) bahwa kurikulum ini telah diuji-cobakan terhadap beberapa sekolah rintisan dan perluasan rintisan dari bulan Juli 2001 sampai dengan Juni 2004. Kurikulum inilah yang menjadi cikal-bakal munculnya Peraturan menteri Pendidikan Nasional (Permen Diknas) nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen Diknas nomor 22 dan 23.
  8. Tahun 2006. Kurikukum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KUHP

Memberi Kuliah yang Efektif

Setiap dosen tentu menginginkan dirinya menjadi dosen yang efektif.  Artinya, dosen yang berhasil dalam mendidik mahasiswanya.  Ukuran keefektivan dosen ini biasanya dilihat dari apakah ia berhasil mengubah mahasiswanya (atau membantu mahasiswa mengubah dirinya) dari posisi semula tidak tahu menjadi tahu, tidak trampil menjadi trampil, tidak memiliki sikap baik tertentu menjadi memiliki sikap baik tertentu.  Untuk itu, banyak dosen yang kemudian mencari dan menciptakan berbagai cara pembelajaran yang efektif.  Banyak penelitian telah dilakukan di bidang itu dan hasilnya telah semakin mengembangkan ilmu pendidikan.  Berbagai metode pembelajaran telah ditemukan seperti metode belajar aktif, belajar secara kolaborasi, problem-based learning, quantum learning, accelerated learning, di samping metode-metode pembelajaran yang telah lama dikenal seperti metode kuliah (ceramah), diskusi, belajar kelompok, pemberian tugas, membuat rangkuman isi buku, dan sebagainya.

Di antara metode-metode tersebut, metode kuliah (ceramah) adalah salah satu cara menyajikan materi pembelajaran yang paling sering dipakai di kalangan dosen karena metode ini dikenal sebagai metode mengajar yang murah, mudah dipersiapkan, dan dapat menyampaikan informasi/materi pembelajaran kepada banyak mahasiswa sekaligus.  Namun, bahyak juga orang yang mengkiritik metode ini karena mempunyai banyak kelemahan, antara lain, perhatian dan komunikasi pribadi dosen terhadap mahasiswa secara individu menjadi kurang,  pengenalan dosen terhadap perkembangan intelektual tiap-tiap mahasiswa juga menjadi kurang, terutama di kelas-kelas besar.  Kelemahan-kelemahan tersebut dapat menyebabkan metode ini menjadi tidak/kurang efektif.

Mengutip tulisan Good & Brophy (1995), Glenda Wilkes, Ph.D1 mengatakan bahwa metode kuliah dapat menjadi metode mengajar yang efektif apabila disusun dan disajikan secara sistematis.  Ia juga menyajikan beberapa hasil penelitian yang membuktikan bahwa kejelasan, organisasi, dan pengaturan kecepatan (pacing) merupakan ciri utama kuliah yang efektif.

Kejelasan

Hasil penelitian McCaleb dan White (1980) menunjukkan bahwa metode kuliah (ceramah) yang dibagi menjadi empat bagian dapat membantu pemahaman mahasiswa akan materi ceramah.  Empat bagian itu adalah: (1) tujuan kuliah (ceramah) dinyatakan secara jelas di awal kuliah; (2) pokok-pokok bahasan penting disajikan dan kemudian dirangkum ulang; (3) di antara bagian-bagian itu diberikan transisi (jembatan yang menyambungkan antara satu bagian dengan bagian berikutnya); dan (4) isi kuliah (ceramah) tersebut kemudian dirangkum pada akhir kuliah.  Penelitian Smith dan Land (1981) menemukan bahwa kejelasan dalam suatu kuliah dapat dicapai dengan mengurangi hal-hal yang tidak jelas (samar-samar) dalam materi kuliah tersebut.  Istilah-istilah yang tidak jelas itu meliputi kata-kata seperti ‘seseorang,’ ‘sesuatu,’ ‘di suatu tempat,’ ‘di suatu saat,’ dsb.  Kata-kata tersebut tidak memberikan gambaran yang jelas tentang siapa, apa, di mana, dan kapan yang dimaksudkan..  Kata-kata seperti ‘hampir’ dan ‘semacam’ juga termasuk kata-kata yang tidak jelas gambarannya.  Demikian pula dengan kata-kata ‘beberapa,’ ‘sebagian,’ dan ‘banyak’.

Oleh karena itu, bila Anda ingin meningkatkan efektivitas kuliah (ceramah) Anda, cobalah menyusun materi kuliah Anda menjadi empat bagian seperti hasil penelitian McCaleb dan White di atas dan perhatikan serta kurangi kata-kata tidak jelas yang Anda gunakan dalam kuliah Anda.  Tentu saja, sebagai dosen yang juga peneliti, Anda perlu memperhatikan hasil percobaan itu dan mencari tahu mengapa berhasil atau mengapa tidak berhasil (dan tunjukkan bukti/datanya!).
  
Pengorganisasi

Hasil penelitian Mayer (1982) menunjukkan bahwa apa yang diucapkan dosen di awal dan di akhir kuliah akan diingat paling lama oleh mahasiswa.  Dengan memperhatikan bagian awal (pembukaan) dan akhir (penutup) kuliah, ketika perhatian mahasiswa lebih terfokus, akan membuat kuliah tersebut semakin efektif (Murray dan Murray, 1992).  Bagian awal kuliah adalah saat-saat yang kritis untuk menarik perhatian mahasiswa.

Untuk meningkatkan kejelasan kuliah Anda, cobalah mengajukan pertanyaan, di awal kuliah, yang jawabannya akan Anda berikan dalam materi kuliah tersebut.  Dengan demikian, Anda membuat mahasiswa memikirkan pertanyaan tersebut dan memusatkan perhatiannya untuk menemukan jawaban itu dalam materi kuliah yang akan Anda berikan.  Anda juga dapat menarik perhatian mahasiswa dengan menunjukkan, di awal kuliah Anda, adanya suatu dilemma (yang nanti Anda pecahkan dalam materi kuliah), data statistik yang menarik, atau menceritakan suatu kisah atau kejadian yang menarik dan relevan, atau menempatkan kuliah Anda pada konteks sejarah.  Demikian pula, manfaatkan sebaik-baiknya beberapa menit di akhir kuliah Anda untuk membuat mahasiswa lebih lama mengingat isi kuliah Anda pada hari itu.  Cobalah merangkum konsep-konsep penting dalam kuliah yang Anda berikan dengan menggunakan overhead projector (OHP) sehingga memudahkan mahasiswa menuliskannya dalam catatan kuliah mereka.  Atau, ajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan Anda jawab dalam perkuliahan berikutnya agar mahasiswa terbiasa mengharapkan adanya sesuatu yang penting dan relevan di akhir setiap kuliah Anda.

Mengatur kecepatan bicara merupakan unsur penting dalam berkomunikasi yang baik.  Penyajian kuliah secara cepat mungkin dapat dilakukan ketika membicarakan materi sudah dikenal atau sudah diketahui mahasiswa sebelumnya.  Akan tetapi, untuk materi baru, atau yang belum dikenal baik, dan yang di dalamnya terdapat beberapa struktur kognitif, Anda mungkin perlu menyajikannya dengan lebih pelan.  Dalam periode kuliah selama 50 menit, variasi kecepatan penyajian kuliah ini perlu ada guna mempertahankan perhaian mahasiswa terhadap isi kuliah.  Penelitian Beard dan Hartley (1984) menemukan bahwa, tanpa variasi kecepatan penyajian kuliah, jumlah periode di mana mahasiswa tidak memperhatikan isi kuliah menjadi semakin meningkatkan.  Cobalah untuk mengubah kecepatan pembicaraan Anda setiap 10 atau 20 menit untuk mengajukan pertanyaan, berpindah ke bagian lain ruang kuliah, atau meminta mahasiswa menulis selama satu menit seperti untuk merangkum isi kuliah yang telah diberikan 15 menit sebelumnya.

Referensi:

Beard, R.M., and Hartley, J. (1984). Teaching and Learning in Higher Education (4th ed.). London: Paul Chapman.
Good, T.L., and Brophy, J. (1995). Contemporary Educational Psychology. New York: Longman.
Mayer, R. (1982). Learning. In H. Mitzel (Ed.), Encyclopedia of Educational Research (5th ed., Vol. 2). New York: The Free Press.
McCaleb, J., and White, J. (1980). Critical Dimensions in Evaluating Teacher Clarity. Journal of Classroom Interaction, 15, 27-30.
Murray, J., and Murray, J. (1992). How Do I Lecture Thee? College Teaching, Vol. 40 (3), pp. 109-113.
Smith, L., and Land, M. (1981). Low-inference Verbal Behaviors Related to Teacher Clarity. Journal of Classroom Interaction, 17, 37-42.

Sumber:
http://www.pendidikanislam.net/

Materi Lama

    Dukung Kami PKN4ALL Dengan Donasi di https://saweria.co/jokosan | Scan Barcode Di Atas | Kami PKN4ALL Besar Karena Dukungan Anda Semua. Terima Kasih!

    Postingan Populer

     
    Maret 2012