PRESIDEN RI Joko Widodo (Jokowi) tengah jadi bintang kemarin. Sempat dicela dan dicemooh karena dianggap ‘ngabur’ dan enggan temui massa pedemo 4 November 2016, sosok yang kerap disindir “ndeso” itu justru berkenan Salat Jumat berjamaah bersama massa Aksi Super-Damai 2 Desember (212) kemarin.
Padahal awalnya Presiden Jokowi sempat dinilai bakal bersikap serupa seperti demo 411. Pasalnya saat massa memulai aksinya dengan serangkaian ibadah di Lapangan Monas, Jakarta Pusat pada Jumat pagi, Presiden Jokowi diagendakan kunjungi Kompleks Senayan.
Kunjungannya dalam rangka meninjau beberapa renovasi venue jelang perhelatan Asian Games 2018 mendatang. Tapi kemudian publik dikejutkan dengan kedatangan Presiden Jokowi ke Lapangan Monas jelang waktu Salat Jumat.
Dengan dipayungi ajudannya dan ditemani Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Jokowi yang berpakaian celana hitam, kemeja putih dan berpeci hitam, seolah tak punya rasa takut menghadapi begitu banyak massa yang memadati lokasi aksi yang dulunya bernama Lapangan Ikada di zaman Jepang dan Konigsplein di era kolonial itu.
Presiden Jokowi juga pasca-Salat Jumat berjamaah, melayangkan sepatah patah kata kepada massa di panggung utama. Pidatonya pun singkat, sekira lima menit, sebagaimana yang pernah dilakukan Soekarno 71 tahun lampau di tempat yang sama.
“Terima kasih atas doa dan zikir yang telah dipanjatkan untuk keselamatan bangsa dan negara kita. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar,” seru Presiden Jokowi sembari bertakbir, Jumat 2 Desember.
“Yang kedua saya ingin memberikan penghargaan setinggi-tingginya karena seluruh jamaah yang hadir, tertib sehingga acaranya bisa berjalan dengan baik, Allahu Akbar!,” tambahnya.
Sebagai penutup, Presiden Jokowi hanya berharap para peserta Aksi Damai 212 bisa segera kembali ke tempat dan daerah asal masing-masing dengan selamat.
Bisa dibilang, sikapnya seolah mengulang sikap sang proklamator. Ketika itu pada 19 September 71 tahun lalu, puluhan ribu massa yang dikawal segelintir serdadu Jepang berkumpul di Lapangan Ikada.
Gelaran itu diprakarsa kelompok pemuda dari Komite van Aksi. Massa menuntut adanya keterlanjutan dan perubahan setelah Soekarno dan Mohammad Hatta, membacakan proklamasi 17 Agustus 1945.
Massa yang berkerumun sejak pagi, sempat menunggu selama 10 jam, lantaran Soekarno akhirnya baru menampakkan batang hidungnya pada petang hari sekira pukul 16.00.
Itu pun setelah didesak lagi oleh pemuda. Rakyat hanya menginginkan Soekarno tampil ke muka umum untuk menyampaikan kelanjutan proklamasi yang didengungkan 17 Agustus 1945.
Kemudian, Soekarno dengan dikawal beberapa pemuda yang sebelumnya sudah punya pengalaman militer sebagai pengawalnya, naik ke mimbar utama. Kemudian hanya butuh sekira pidato lima menit buat Soekarno bisa membubarkan massa dengan tenang dan damai.
“Percayalah rakyat kepada pemerintah. Kalau saudara-saudara memang percaya pada pemerintah yang akan mempertahankan proklamasi kemerdekaan itu, walaupun dada kami akan dirobek-robek, kami tetap mempertahankan Republik Indonesia. Maka berilah kepercayaan itu pada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan disiplin,” seru Soekarno.
“Pulanglah dengan tenang. Tinggalkan rapat ini sekarang juga dengan tertib dan teratur. Tunggulah berita dari pada pemimpin di tempatmu masing-masing. Sekarang bubarlah. Pulanglah saudara-saudara dengan tenang
Setelah itu, massa yang sedianya sudah siap bentrok fisik lantaran sudah membekali diri dengan bambu runcing dan golok, berkenan bubar seketika tanpa kericuhan. Ancaman bentrok dengan tentara Jepang yang berjaga pun buyar dan situasi kembali kondusif.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2016/12/02/337/1557405/news-story-benang-merah-jokowi-di-aksi-212-soekarno-di-peristiwa-ikada
0 comments:
Posting Komentar