Kerja Sama Ekonomi
Pada awal pembentukannya perdagangan barang dan jasa antar negara ASEAN masih sangat kecil. Oleh karena itu kerja sama ekonomi diarahkan untuk meningkatkan volume perdagangan dan pertukaran jasa antar anggota. Bentuk kerja sama ini antara lain berupa penerapan tarif khusus bagi barang dan jasa sesama negara anggota ASEAN.
KTT ASEAN IV di Singapura pada tahun 1992 meluncurkan gagasan untuk menerapkan kawasan perdagangan bebas yang dikenal dengan AFTA (ASEAN Free Trade Area). Tujuan pembentukan kawasan ini adalah untuk meningkatkan daya saing kawasan agar mampu bersaing dengan negara atau kawasan lainnya. Usaha ini dicapai melalui penghapusan tarif ataupun hambatan-hambatan lainnya dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi, produktivitas dan daya saing.
Kerja sama ekonomi juga dilakukan melalui pembentukan kawasan pertumbuhan. Pembentukan kawasan pertumbuhan ini antara lain bertujuan untuk meningkatkan perdagangan, investasi, pariwisata, perkebunan, dan perikanan pada suatu kawasan. Pembentukan kawasan pertumbuhan antara Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN antara lain adalah BIMP-EAGA (Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipines-East ASEANGrowt Area) dan IMT-GT (Indonesia, Malaysia, and Thailand-Growth Triangle).
Gagasan pembentukan BIMP-EAGA datang dari Presiden Fidel Ramos (Filipina) dan diresmikan tahun 1994. Kawasan pertumbuhan BIMP-EAGA mencakup:
1. Brunai Darussalam;
2. Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua (Indonesia);
3. Sabah, Sarawak, dan Labuhan (Malaysia);
4. Mindanao dan Palawan (Filipina).
Sedangkan IMT-GT didirikan oleh Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kerja sama ini diresmikan pada pertemuan pertama Tingkat Menteri IMT-GT di Langkawi, Malaysia, pada tanggal 20 Juli 1993. Kawasan IMT-GT mencakup antara lain sebagai berikut:
1. Sumatera Utara dan Aceh (Indonesia); Sumatera Utara dan Aceh (Indonesia);
2. Kedah, Perlis, Penang, dan Perak (Malaysia);
3. Satun, Narathiwat, Yala, Songkhla, dan Pattani (Thailand).
Pada awal pembentukannya perdagangan barang dan jasa antar negara ASEAN masih sangat kecil. Oleh karena itu kerja sama ekonomi diarahkan untuk meningkatkan volume perdagangan dan pertukaran jasa antar anggota. Bentuk kerja sama ini antara lain berupa penerapan tarif khusus bagi barang dan jasa sesama negara anggota ASEAN.
KTT ASEAN IV di Singapura pada tahun 1992 meluncurkan gagasan untuk menerapkan kawasan perdagangan bebas yang dikenal dengan AFTA (ASEAN Free Trade Area). Tujuan pembentukan kawasan ini adalah untuk meningkatkan daya saing kawasan agar mampu bersaing dengan negara atau kawasan lainnya. Usaha ini dicapai melalui penghapusan tarif ataupun hambatan-hambatan lainnya dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi, produktivitas dan daya saing.
Kerja sama ekonomi juga dilakukan melalui pembentukan kawasan pertumbuhan. Pembentukan kawasan pertumbuhan ini antara lain bertujuan untuk meningkatkan perdagangan, investasi, pariwisata, perkebunan, dan perikanan pada suatu kawasan. Pembentukan kawasan pertumbuhan antara Indonesia dengan negara-negara anggota ASEAN antara lain adalah BIMP-EAGA (Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipines-East ASEANGrowt Area) dan IMT-GT (Indonesia, Malaysia, and Thailand-Growth Triangle).
Gagasan pembentukan BIMP-EAGA datang dari Presiden Fidel Ramos (Filipina) dan diresmikan tahun 1994. Kawasan pertumbuhan BIMP-EAGA mencakup:
1. Brunai Darussalam;
2. Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua (Indonesia);
3. Sabah, Sarawak, dan Labuhan (Malaysia);
4. Mindanao dan Palawan (Filipina).
Sedangkan IMT-GT didirikan oleh Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kerja sama ini diresmikan pada pertemuan pertama Tingkat Menteri IMT-GT di Langkawi, Malaysia, pada tanggal 20 Juli 1993. Kawasan IMT-GT mencakup antara lain sebagai berikut:
1. Sumatera Utara dan Aceh (Indonesia); Sumatera Utara dan Aceh (Indonesia);
2. Kedah, Perlis, Penang, dan Perak (Malaysia);
3. Satun, Narathiwat, Yala, Songkhla, dan Pattani (Thailand).
Pada tahun 1997, kepala negara dan pemerintahan negaranegara anggota ASEAN menginginkan integrasi ekonomi kawasan lebih jauh lagi. Integrasi dilakukakn untuk mengurangi hambatan fisik dalam aliran barang, jasa, dan investasi, dari suatu negara ke negara lain masih dalam satu kawasan. Langkah ini dilakukan antara lain melalui pengembangan jaringan transportasi ASEAN.
0 comments:
Posting Komentar