Dukung Kami PKN4ALL Dengan Donasi di https://saweria.co/jokosan | Scan Barcode Di Samping | Kami PKN4ALL Besar Karena Dukungan Anda Semua. Terima Kasih!

ANAK BERMAIN DI LUAR RUMAH, BERMANFAATKAH?

Sahabat pembaca, apa kabar? Lama saya tidak share artikel. Kini sebuah artikel tentang anak-anak kita. Mengapa anak? Anak adalah sebuah pelita hati, tautan kasih sayang dan harapan keluarga, bangsa dan Negara. Dari itu maka anak-anak kita harus berkembang sesuai tugas-tugas perkembangan yang lazim. Untuk itu rasanya sedih jika kita melihat masih ada anak-anak kita yang terpasung oleh keinginan orang tua yang terlalu membelenggu. 
Belenggu anak adalah ketika jiwa eksplorasi sesuai tugas perkembangannya terkendala karena orang tua terlalu “kasihan” dan “eman” pada anaknya jika bermain di luar rumah. Anak perlu eksplorasi mengenal dunianya, tentu dengan pengawasan. Pengawasan bukan membelenggu dan memproteksi, tapi berfungsi mengarahkan bila ada sesuatu yang ekstrim. Mengapa saya sangat menganjurkan anak bermain di luar rumah? Dan apa manfaatnya? 
Dari sebuah artikel yang saya baca menyarankan, agar jangan sekap anak di dalam rumah terus-menerus. Sebuah penelitian di 55 sekolah di Sydney, Australia menemukan, anak-anak yang menghabiskan waktu lebih banyak di luar rumah cenderung memiliki lebih kecil peluang terkena rabun jauh.
Rabun jauh alias miopia semakin menjadi umum terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir. Banyak kita temukan anak-anak berkacamata minus. Penelitian baru dari University of Sydney mengungkap bahwa faktor seperti membaca jarak dekat dan belajar intensif bisa mengarah individu pada miopia. Tapi, bermain di luar rumah bisa membantu anak melindungi dari pengaruh rabun jauh ini. 
Para peneliti meneliti 1.765 anak berusia enam tahun dan 2.367 anak berusia 12 tahun. Hanya 1,5 persen dari anak usia enam tahun yang myopi, tapi 12,8 persen pada anak yang lebih besar. Kedua kelompok usia itu menghabiskan sekitar 2,3 jam di luar rumah tiap harinya. 
Faktor waktu yang digunakan di luar tidak berhubungan secara signifikan dengan prevalensi myopia di antara anak usia enam tahun. Begitu juga jumlah kegiatan yang menggunakan jarak pandang dekat yang mereka lakukan.Tapi, lain halnya di antara anak usia 12 tahun. Mereka yang setiap harinya menghabiskan waktu lebih dari 2,8 jam di luar umumnya cenderung lebih sedikit yang terkena miopia ketimbang teman mereka yang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan. 
Anak-anak yang setiap harinya menghabiskan waktu kurang dari 1,6 jam di luar dan lebih dari 3,1 jam melakukan kegiatan dengan jarak pandang dekat berpeluang 2-3 kali menderita rabun jauh dibandingkan anak yang melakukan kegiatan berlawanan. Yakni, anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di luar dan sedikit waktu berkegiatan dengan jarak pandang dekat. Para peneliti masih belum jelas tentang penjelasan secara pasti tentang kaitan berada di luar bisa melindungi mata. Tapi, mereka percaya pemaparan pada sinar matahari berefek memelihara pengeluaran dopamin yang dikenal melambatkan pertumbuhan mata. Miopia disebabkan pertumbuhan mata secara berlebihan. 
Dr Kathryn Rose, dari fakulitas sains kesehatan University of Sydney mengatakan, hasil penelitian itu sejalan dengan sebuah studi di AS yang menemukan olahraga outdoor bersifat protektif. ''Kendati begitu, penelitian kami menunjukkan bahwa hal yang krusial adalah berada di alam terbuka, apa pun kegiatan yang Anda lakukan,'' kata Dr Rose. ''Hasil kami menunjukkan bahwa efek protektif berada di luar terus ada bahkan bila anak melakukan banyak pekerjaan dengan pandangan dekat seperti membaca dan belajar.'' 
Dari hasil penelitian yang mereka peroleh, para peneliti pun memberikan saran pada orangtua. Agar meyakinkan anak melakukan sesuatu di luar, karena sudah mempunyai bukti bahwa lebih banyak waktu yang mereka lakukan di luar, kurang kecenderungannya mereka terkena myopia. Tapi jangan lupa memberikan atribut pelindung pada anak, seperti kaos lengan panjang, sandal dan topi anak. Pemerintah seharusnya mengencarkan promosi kegiatan outdoor bagi orangtua dan keluarga, dan termasuk kurikulum di luar ruangan dalam porsi lebih banyak bagi sekolah, bisa menjadi ukuran kesehatan publik. Ini penting untuk menghindari perkembangan myopia. 
Kini kurikulum kita juga menjangkau kegiatan outdor, tatapi jadual yang tidak terlalu diperhitungkan kurang memberikan efek, justru sifat komersialnya yang ditonjolkan dengan naik kendaraan. Jadi walaupun berbunyi outdor masih berkutat dalam kendaraan. Saran saya, outdor tidak harus jauh, cukup disekitar saja, yang penting kegiatan itu bermakna bagi anak-anak. 
Pengalaman waktu kecil dulu, ketika hidup di desa, begitu berkesan. Lingkungan dekat persawahan dengan perbatasan perkebunan membuat nuansa alam begitu menantang untuk dieksplorasi. Saya mengalami itu.

0 comments:

Posting Komentar

Materi Lama

    Dukung Kami PKN4ALL Dengan Donasi di https://saweria.co/jokosan | Scan Barcode Di Atas | Kami PKN4ALL Besar Karena Dukungan Anda Semua. Terima Kasih!

    Postingan Populer

     
    ANAK BERMAIN DI LUAR RUMAH, BERMANFAATKAH?