Dukung Kami PKN4ALL Dengan Donasi di https://saweria.co/jokosan | Scan Barcode Di Samping | Kami PKN4ALL Besar Karena Dukungan Anda Semua. Terima Kasih!

AKTIFITAS KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH

Menpresentasikan kegiatan kewarganegaraan disekolah belum dilakukan di Indonesia. Yang ada proses belajar dan eksplorasi lingkungan wiyata mandala, itupun sebatas kegiatan berlabel masa orientasi. Bagaimana menciptakan komunitas sekolah sebagai lingkungan biasa dan berkenan pada anak-anak?

Untuk itu sekolah dapat menawarkan siswa berbagai kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mereka untuk berpartisipasi lebih lengkap dalam masyarakat dengan project action di sekolah. Di Bondowoso, sekolah favoritpun belum melaksanakan hal ini, sekolah favorit masyarakat tak ubahnya sebagai tempat yang terbatas dengan keunggulan. Sehingga potret kehidupan masyarakat umumnya tidak tercermin sama sekali. Tali RSBI ataupun apa bentuknya merefleksikan secriditas internal membuat takut masyarakat untuk memasukinya.

Dalam upaya untuk menciptakan pendekatan yang positif untuk warga lokal dan global (masyarakat umum), project masyarakat global bisa dimulai pada masa SMP yang seharusnya sudah dimulai sejak SD (usia 6 tahun). Sebagai ilustrasi kegiatan, setidaknya gambaran berikut ini menuntun pemikiran kita pada kegiatan tersebut:

Kegiatan ini bisa melibatkan OSIS maupun berdiri sendiri sebagai poject khusus sekolah, beri kesempatan pada beberapa siswa yang telah matang sosialnya memimpin kelompok sekitar 12-15 siswa dengan usia yang setara. Kemudian konseplah bentuk kegiatan yang bertemakan keterampilan social. Contohnya adalah mengumpulkan teman-temannya dalam kelompok tersebut, membantu dan merawat mereka yang sakit, membantu teman menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, menjadi tutor sebaya, mengadakan pembicaraan sekitar kesulitan teman-temannya, dan kegiatan sejenis itu. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman, sikap dan keterampilan untuk menjalani gaya hidup yang aman dan sehat, untuk mewujudkan potensi mereka sendiri dan memberikan kontribusi positif kepada kelompoknya (baca masyarakat sekolah)


Pola kegiatan tersebut dipantau (tidak usah dibimbing) dalam kegiatan tersebut hendaknya memperhatikan dan mengacu pada perspektif kesetaraan gender dan pendidikan multikultural. Kesetaraan gender dimaksudkan agar ada penghargaan pada gender yang akhir-akhir ini cenderung menurun. Peran gender sangat penting, untuk memperoleh kesepadanan peran social. Sedangkan pendidikan multicultural ditujukan untuk lebih memvariasikan jenis kegiatan tersebut. Pendidikan multicultural akan memahamkan pada anak tentang bagaimana proses pendidikan sebenarnya berjalan dengan latar masing-masing. Dengan memperhatikan 2 perspektif di atas, baik gender maupun pendidikan multicultural maka project ini akan memperoleh arti yang luar biasa bagi terwujudnya aktifitas kewarganegaraan yang direncanakan.

Masih berlanjut pada gambaran kegiatan di atas, dalam proses pelaksanaanya, pemimpin kelompok yang telah ditunjuk, dilatih di dua tempat pelatihan yang direncanakan. M
isalnya 2 harikegiatan. Memperkuat kegiatan tersebut, hendaknya diberi pengukuhan peran pada masing-masing peserta. Contohnya dengan memberikan reinforcement berupa sertifikat.  Dalam proses, dihadirkan beberapa tokoh masyarakat, baik dari kalangan praktisi maupun birokrasi. Misalnya mengundang anggota DPR Kab. Bondowoso untuk acara pembukaanya. Diharapkan tokoh tersebut mampu menggugah peran kewarganegaraan siswa. Serta mampu menegaskan pentingnya kepemimpinan dan tanggung jawab dalam hidup berwarganegara. Birokrat yang diundang hendaknya dapat merefleksikan  makna kegiatan tersebut, pengalaman-pengalaman yang dimiliki, dan lainnya. 



Project tersebut dilaksanakan sepanjang masa belajar siswa. Kalau SMP berarti 3 tahun. Tiap tahun berjalan diadakan evaluasi dan tindak lanjut yang relevan. Peran masing-masing guru bidang studi dapat memberikan actualisasi nilai pada proses evaluasi tersebut. Tiap masa 1 tahun berjalan, pola hubungan ditingkatkan dengan mengembangkan hubungan yang lebih variatif, misalnya melibatkan multi usia sekolah. Gambaran progress akan menunjukkan pada peningkatan kepedulian dan tanggung jawab siswa. Demikian juga, anggota yang lain akan terlihat kepercayaan dan rasa hormat pada teman lainnya, harga diri siswa juga akan semakin meningkat seiring peran yang diberikan. Hasil lengkap pada tahun ke-3 ketika siswa hamper lulus dapat dilihat nilai positif dari tujuan kegiatan ini. 


Dampak kegiatan tersebut secara internal maupun eksternal dapat dirasakan. Secara internal, OSIS sebagai legal formalnya organisasi tingkat sekolah juga semakin meningkat (kena dampak), sedangkan secara eksternal akan memberikan dampak pada persepsi anak terhadap sekolah bila sudah berada dilingkungan rumahnya masing-masing. Luar biasanya, untuk daerah yang ber APP rendah seperti Bondowoso, akan sangat membantu orang tua memperoleh pemahaman penting tentang arti pendidikan formal. Anakpun akan semakin giat membantu orang tua dalam kegiatan di rumah.
Ini konsep, karena itu butuh aplikasi. Dapat dijalankan pada lingkungan sekolah yang variatif. Di era pendidikan dengan nuansa demokratisasi seperti Indonesia ini, layak kiranya dijadikan sebagai kegiatan intrakurikuler tambahan. Juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk penilaian diri siswa dalam mengembangkan potensi sesuai dengan yang diharapkan. Mudah-mudahan. (Tetuko J Pamungkas).

0 comments:

Posting Komentar

Materi Lama

    Dukung Kami PKN4ALL Dengan Donasi di https://saweria.co/jokosan | Scan Barcode Di Atas | Kami PKN4ALL Besar Karena Dukungan Anda Semua. Terima Kasih!

    Postingan Populer

     
    AKTIFITAS KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH