Judul : MODEL PEMBELAJARAN UMUM
link : MODEL PEMBELAJARAN UMUM
MODEL PEMBELAJARAN | KARAKTERISTIK POKOK UNTUK MASING-MASING STRATEGI TERSEBUT |
1. Pertemuan Kelas Berita Baru (Good News Class Meeting), | 1. Pertemuan Kelas Berita Baru merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertangguingjawab melalui pertemuan kelas, guna membahas berita aktual yang ada di media massa seperti surat kabar, televisis, radiao atau internet. Contohnya : berita tentang demonstrasi yang berujung dengan perusakan. Dengan membahas berita aktual siswa akan selalu punya raa ingin tahu dan peka terhadap masalah aktual yang terjadi di lingkungannya. |
2. Cambuk bersiklus (Circle Whip), | 2. Cambuk Bersiklus merupakan strategi pemgembangan sikap demokratis dan ertanggungjawab melalui pertemuan saling bertanya dan menjawab secara bergiliran. Setiap orang harus mendengarkan pertanyaan siswa lain dan menyiapkan pertanyaan untuk siswa lainbukan pemberi pertanyaan sebelumnya . Contohnya , siswa A bertanya kepada siswa B “Mengapa terjadi tawuran di sekolah?” . Siswa B menjawab pertanyaan itu, kemidian mengajukan pertanyaan lain terkait pertanyaan pertama, “Bagaimana cara menjaga kerukunan antar siswa dan mencegah terjadinya tawuran lagi?”. Dengan cara ini siswa akan terlatih untuk selalu peka dan tanggap terhadap orang lain. |
3. Waktu untuk Penghargan (Appreciation Time), | 3. Waktu untuk Penghargaan, merupakan startegi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberikan penghargaan atau penghormatan terhadap orang lain, misalnya: menghadiri acara duka cita karena ada orang yang meninggal atau kena musibah. Dengan cara ini siswa akan terasah nuraninya untuk selalu menghormati orang lain karena mengakui prestasi yang dicapainya atau dedikasi yang diberikannya kepada kepentingan umum/ orang lain. |
4. Waktu untuk yang Terhormat (Compliment Time), | 4. Waktu untuk Yang Terhormat, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melelui acara yabf secara khusus diadakan atas inisiatif siswa untuk emeberikan penghargaan kepada orang yang sangat dihormati. Misalnya: acara yang diadakan pada saat ada seorang guru senior atau kepala sekolah akan memasuki purna tugas atau pensiun. Dengan cara ini siswa akan selalu memiliki empati sebagain bagian dari tanggungjawab sosial. |
5. Pertemuan Perumusan Tujuan (Goal setting Meeting), | 5. Pertemuan Perumusan Tujuan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan yang sengaja diadakan atas inisiatif guru dan/ atau siswa untuk merumuskan visis atau tujuan sekolah. Misalnya :simulasi rapat sekolah untuk merumuskan rencana pemugaran sekolah. Dengan cara itu siswa akan meliki rasa memiliki sekolahnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan kecintaan dan tanggungjawab terhadap sekolahnya tanpa harus diminta. |
6. Pertemuan Legislasi ( Rule Setting meeting), | 6. Pertemuan legislasi, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk merumuskan atau menyususn norma atai aturan yang akan berlaku di sekolah. Misalnya: kapan siswa bolah tidak memakai pakaian seragam sekolah satu hari dalam seminggu kemudian menuangkannya secara konsensus menjadi salah satu butir aturan dalam tatatertib sekolah. Dengan cara ini siswa akan mampu berpikir normatif. |
7. Pertemuan evaluai aturan (rule Evaluating Meeting) , | 7. Pertemuan Evaluasi Aturan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk mengevaluasi pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati dan berlaku di sekolah. Misalnya: simulasi rapat tentang peraturan tentang hari bebas berpakaian satu hari dalam seminggu kemudian secara konsensus menyempurnakan butir aturan dalam tatatertib sekolah itu agar lebih adil. Dengan cara ini siswa akan mampu berpikir normatif–evaluatif. |
8. Pertemuan perumusan Langkah Kegiatan (Stage Setting Meeting), | 8. Pertemuan Perumusan Langkah kegiatan merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa di bawah supervisis sekolah . misalnya ;simulasi rapat penentuan prioritas kegiatan kesiswaan untuk satu tahun mendatang. Dengan cara itu siswa akan mengerti dan terbiasa menentukan prioritas dikaitkan dengan ketersediaan waktu atau dana. |
9. Pertemuan Evaluasi dan Balikan (Feedback Evaluation), | 9. Pertemuan Evaluasi dan Balikan merupakan strategi pengembnagan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberikan masukan terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah atas dasar hasil monitoring kelompok siswa dan / atau guru yang sengaja ditugasi untuk itu. Contohnya: simulasi dengar pendapat sekolah untuk mendapatkan masukan pelaksanaan kebijakan larangan merokok di sekolah. Dengan cara ini siswa akan selalu berpikir reflektif dan evaluatif. |
10. Pertemuan Refleksi bekajar (Selation on Learning), | 10. Pertemuan Refleksi Belajar merupakan staretgi pengembangan sikapdemokratis dan bertanggungjawab melelui pertemuan pengendapan dan evaluasi terhadap proses dan atau hasil belajar setelah selesai satu atau beberapa pertemuan. Contohnya: pertemuan untuk meminta siswa menilai kemajuan belajarnya dalam satu semester. Dari pertemuan iniguru akan memperoleh masukan dari siswa tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran, dan siswa akan mendapatkan masukan tentang pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan dan tindak lanjut peningkatan intensitas belajar lebih lanjut. |
11. forum Siswa (Student Presentation), | 11. Forum siswa, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberi kesempatan siswa secara individual atau kelompok menyajikan pendapatnya hasil pemahaman terhadap sumber informasi atau projek belajar yang dilakukan atas tugas guru atau atas inisiatif sendiri. Misalnya, curah pendapat (brainstorming) tentang pelanggaran tatatertib lalu lintas. Dengan cara ini siswa akan terbiasa bertanggungjawab atas pendapatnya dan mau mendengarkan pendapat orang lain dan jika ternyata salah mau mengakui kekurangannya itu. |
12. Pertemuan Pemecahan Masalah ( Problem Solving Meeting), | 12. Pertemuan Pemecahan Masalah, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar atau lingkungan daerah atau nasional yang menyangkut kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahakan masalah melalui langkah berpikir kritis dan kreatif. |
13. Pertemuan Isu Akademis ( Academis Issues), | 13. Pertemuan Isu Akademis, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk membahas masalah akademis. Misalnya , pembahasan isu tentang gizi, cara hidup sehat, perubahan cuaca, dan korupsi yang terkait lingkungan daerah atau nasional yang tidak secara langsung menyangkut kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah busung lapar, flu burung, pemogokan buruh. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah akademis secara populer melalui langkah berpikir ilmiah secara kritis dan kreatif. |
14. Pertemuan Perbaikan Kelas ( Classroom improvment Meeting), | 14. Pertemuan Perbaikan Kelas, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan kelas untuk membahas atau memecahkan masalah yang menyangkut kehidupan siswa di kelasnya atau di lingkungan sekolahnya, seperti pemecahan masalah bolos, tata tertib sekolah. Contohnya, diskusi tentang upaya memperbaiki situasi sekolah. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah yang aeda di kelasnya melalui langkah yang demokratis. |
15. Pertemuan Tindak Lanjut (Folow UP Meeting), | 15. Pertemuan Tindak lanjut merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk membahas tindak lanjut dari suatu kegiatan berseri di lingkungan sekolah. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah yang ada di kelasnya melalui langkah yang demokratis. |
16. Pertemuan Perencanaan (Planing meeting), | 16. Pertemuan Perencanaan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk menyusun rencana bersama. Misalnya, merencanakan piknik akhir tahun , pentas seni tahunan, pemilihan pengurus kelas atau OSIS . dengan cara ini siswa akan terlatih menyususn rencana yang layak melalui kesepakatan. |
17. Pertemuan Pengembangan konsep( Concept Meeting ), | 17. Pertemuan pemgembangan Konsep, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk menyususn suatu gagasan baru yang dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan, atau menyarankan pemecahan atasmasalah yang cukup pelik. Contohnya, diskusi kelonpok untuk menyusun gagasan Desa Sejahtera , Sekolah Teladan , Sekolah Unggulan, dan sebagainya.Dengan cara ini siswa akan terlatih membangun kerangka konseptual dan mengajukan pemecahan secara konseptual untuk memecahkan masalah. |
18. Pembahasan situasi Pelik (Stiky Situation), | 18. Pemecahan situasi Pelik, merupakan strategi pemgembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melaui pertemuan untuk memecahkan masalah yang terkait pada keadaan yang pelik atau dilematik. Seperti: penetapan pilihan membolehkan atau melarang siswa untuk melakukan pendakian gunung atau kegiatan yang mengandung resiko. Dengan cara ini siswa akan terlatih mempertimbangkan resiko dari stiap keputusan melalui lantgkah berpikir kritis dan aspiratif. |
19. Kotak saran ( Suggestion box/ Class Box), | 19. Kotak Saran, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pengumpulan pendapat secara bebas dan rahasia untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitar.misalnya, masukan ke dalam kotak ini pendapat anda tentang cara meningkatkan kegiatan sekolah kita. Dengan cara ini siswa akan terlatih menyampaiakan pendapat dan menghormati privacy atau hak pribadi orang lain. |
20. Pertemuan dalam Pertemuan (And Meeting on Meeting). | 20. Pertemuan dalam Pertemuan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan kelompok kecil dalam konteks pertemuan klasikal atau pertemuan besar. Dengan cara ini siswa akan terlatih dan selalu berusaha untuk memelihara . |
Untuk seksi penayangan isinya hal hal yang penting atau garis besar yang nantinya dipakai sebagai bahan presentasi untuk penyajian kelas (Show Case). Protofolio Dokumentasi lebih bersifat sebagai dokumen dan bukti karya yang telajh dilakukan siswa. Pada protofolio dokumentasi ini juga berisi 4 bagian sesuai dengan kelompok protofolio.
Hasil karya tiap kelompok diwujudkan dalam dua bentuk yaitu portofolio penayangan dan portofolio dokumentasi.
Dengan diselesaikannya tugas-tugas persiapan oleh semua kelompok, selanjutnya dilakukan show-case (gelar kasus). Penyajian portofolio digelar di hadapan dewan tiga orang juri yang mewakili kelompok orang tua, masyarakat, dan sekolah. Penyajian portofolio perlu dibantu oleh
moderator sebagai pengendali jalannya penyajian. Setiap selesai penyajian oleh kelompok, dilakukan tanya-jawab dengan para anggota dewan juri. Dengan demikian setiap kelompok mempunyai wakil sebagai juru bicara untuk penyajian kelompok, dan untuk menjawab pertanyaan dewan juri. Penyajian kelompok dilakukan dengan menayangkan portofolio
tayangan yang sudah dipersiapkan, sesuai dengan tugas masing-masing kelompok.
Setelah kelas selesai menyajikan portofolio dengan kegiatan show-case maka dilakukan refleksi pengalaman belajar. Merefleksi berarti bercermin, maknanya adalah bercermin dari pengalaman belajar portofolio baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun secara klasikal. Dalam refleksi siswa diajak untuk mengevaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar, serta apa yang akan dilakukan sendainya melakukan portofolio di kemudian hari. Refleksi pengalaman belajar berguna untuk menghindari kesalahan di masa mendatang serta untuk meningkatkan kinerja belajar siswa.
MODEL PEMBELAJARAN | KARAKTERISTIK POKOK UNTUK MASING-MASING STRATEGI TERSEBUT |
1. Pertemuan Kelas Berita Baru (Good News Class Meeting), | 1. Pertemuan Kelas Berita Baru merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertangguingjawab melalui pertemuan kelas, guna membahas berita aktual yang ada di media massa seperti surat kabar, televisis, radiao atau internet. Contohnya : berita tentang demonstrasi yang berujung dengan perusakan. Dengan membahas berita aktual siswa akan selalu punya raa ingin tahu dan peka terhadap masalah aktual yang terjadi di lingkungannya. |
2. Cambuk bersiklus (Circle Whip), | 2. Cambuk Bersiklus merupakan strategi pemgembangan sikap demokratis dan ertanggungjawab melalui pertemuan saling bertanya dan menjawab secara bergiliran. Setiap orang harus mendengarkan pertanyaan siswa lain dan menyiapkan pertanyaan untuk siswa lainbukan pemberi pertanyaan sebelumnya . Contohnya , siswa A bertanya kepada siswa B “Mengapa terjadi tawuran di sekolah?” . Siswa B menjawab pertanyaan itu, kemidian mengajukan pertanyaan lain terkait pertanyaan pertama, “Bagaimana cara menjaga kerukunan antar siswa dan mencegah terjadinya tawuran lagi?”. Dengan cara ini siswa akan terlatih untuk selalu peka dan tanggap terhadap orang lain. |
3. Waktu untuk Penghargan (Appreciation Time), | 3. Waktu untuk Penghargaan, merupakan startegi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberikan penghargaan atau penghormatan terhadap orang lain, misalnya: menghadiri acara duka cita karena ada orang yang meninggal atau kena musibah. Dengan cara ini siswa akan terasah nuraninya untuk selalu menghormati orang lain karena mengakui prestasi yang dicapainya atau dedikasi yang diberikannya kepada kepentingan umum/ orang lain. |
4. Waktu untuk yang Terhormat (Compliment Time), | 4. Waktu untuk Yang Terhormat, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melelui acara yabf secara khusus diadakan atas inisiatif siswa untuk emeberikan penghargaan kepada orang yang sangat dihormati. Misalnya: acara yang diadakan pada saat ada seorang guru senior atau kepala sekolah akan memasuki purna tugas atau pensiun. Dengan cara ini siswa akan selalu memiliki empati sebagain bagian dari tanggungjawab sosial. |
5. Pertemuan Perumusan Tujuan (Goal setting Meeting), | 5. Pertemuan Perumusan Tujuan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan yang sengaja diadakan atas inisiatif guru dan/ atau siswa untuk merumuskan visis atau tujuan sekolah. Misalnya :simulasi rapat sekolah untuk merumuskan rencana pemugaran sekolah. Dengan cara itu siswa akan meliki rasa memiliki sekolahnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan kecintaan dan tanggungjawab terhadap sekolahnya tanpa harus diminta. |
6. Pertemuan Legislasi ( Rule Setting meeting), | 6. Pertemuan legislasi, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk merumuskan atau menyususn norma atai aturan yang akan berlaku di sekolah. Misalnya: kapan siswa bolah tidak memakai pakaian seragam sekolah satu hari dalam seminggu kemudian menuangkannya secara konsensus menjadi salah satu butir aturan dalam tatatertib sekolah. Dengan cara ini siswa akan mampu berpikir normatif. |
7. Pertemuan evaluai aturan (rule Evaluating Meeting) , | 7. Pertemuan Evaluasi Aturan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk mengevaluasi pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati dan berlaku di sekolah. Misalnya: simulasi rapat tentang peraturan tentang hari bebas berpakaian satu hari dalam seminggu kemudian secara konsensus menyempurnakan butir aturan dalam tatatertib sekolah itu agar lebih adil. Dengan cara ini siswa akan mampu berpikir normatif–evaluatif. |
8. Pertemuan perumusan Langkah Kegiatan (Stage Setting Meeting), | 8. Pertemuan Perumusan Langkah kegiatan merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa di bawah supervisis sekolah . misalnya ;simulasi rapat penentuan prioritas kegiatan kesiswaan untuk satu tahun mendatang. Dengan cara itu siswa akan mengerti dan terbiasa menentukan prioritas dikaitkan dengan ketersediaan waktu atau dana. |
9. Pertemuan Evaluasi dan Balikan (Feedback Evaluation), | 9. Pertemuan Evaluasi dan Balikan merupakan strategi pengembnagan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberikan masukan terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah atas dasar hasil monitoring kelompok siswa dan / atau guru yang sengaja ditugasi untuk itu. Contohnya: simulasi dengar pendapat sekolah untuk mendapatkan masukan pelaksanaan kebijakan larangan merokok di sekolah. Dengan cara ini siswa akan selalu berpikir reflektif dan evaluatif. |
10. Pertemuan Refleksi bekajar (Selation on Learning), | 10. Pertemuan Refleksi Belajar merupakan staretgi pengembangan sikapdemokratis dan bertanggungjawab melelui pertemuan pengendapan dan evaluasi terhadap proses dan atau hasil belajar setelah selesai satu atau beberapa pertemuan. Contohnya: pertemuan untuk meminta siswa menilai kemajuan belajarnya dalam satu semester. Dari pertemuan iniguru akan memperoleh masukan dari siswa tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran, dan siswa akan mendapatkan masukan tentang pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan dan tindak lanjut peningkatan intensitas belajar lebih lanjut. |
11. forum Siswa (Student Presentation), | 11. Forum siswa, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberi kesempatan siswa secara individual atau kelompok menyajikan pendapatnya hasil pemahaman terhadap sumber informasi atau projek belajar yang dilakukan atas tugas guru atau atas inisiatif sendiri. Misalnya, curah pendapat (brainstorming) tentang pelanggaran tatatertib lalu lintas. Dengan cara ini siswa akan terbiasa bertanggungjawab atas pendapatnya dan mau mendengarkan pendapat orang lain dan jika ternyata salah mau mengakui kekurangannya itu. |
12. Pertemuan Pemecahan Masalah ( Problem Solving Meeting), | 12. Pertemuan Pemecahan Masalah, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar atau lingkungan daerah atau nasional yang menyangkut kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahakan masalah melalui langkah berpikir kritis dan kreatif. |
13. Pertemuan Isu Akademis ( Academis Issues), | 13. Pertemuan Isu Akademis, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk membahas masalah akademis. Misalnya , pembahasan isu tentang gizi, cara hidup sehat, perubahan cuaca, dan korupsi yang terkait lingkungan daerah atau nasional yang tidak secara langsung menyangkut kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah busung lapar, flu burung, pemogokan buruh. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah akademis secara populer melalui langkah berpikir ilmiah secara kritis dan kreatif. |
14. Pertemuan Perbaikan Kelas ( Classroom improvment Meeting), | 14. Pertemuan Perbaikan Kelas, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan kelas untuk membahas atau memecahkan masalah yang menyangkut kehidupan siswa di kelasnya atau di lingkungan sekolahnya, seperti pemecahan masalah bolos, tata tertib sekolah. Contohnya, diskusi tentang upaya memperbaiki situasi sekolah. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah yang aeda di kelasnya melalui langkah yang demokratis. |
15. Pertemuan Tindak Lanjut (Folow UP Meeting), | 15. Pertemuan Tindak lanjut merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk membahas tindak lanjut dari suatu kegiatan berseri di lingkungan sekolah. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah yang ada di kelasnya melalui langkah yang demokratis. |
16. Pertemuan Perencanaan (Planing meeting), | 16. Pertemuan Perencanaan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk menyusun rencana bersama. Misalnya, merencanakan piknik akhir tahun , pentas seni tahunan, pemilihan pengurus kelas atau OSIS . dengan cara ini siswa akan terlatih menyususn rencana yang layak melalui kesepakatan. |
17. Pertemuan Pengembangan konsep( Concept Meeting ), | 17. Pertemuan pemgembangan Konsep, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk menyususn suatu gagasan baru yang dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan, atau menyarankan pemecahan atasmasalah yang cukup pelik. Contohnya, diskusi kelonpok untuk menyusun gagasan Desa Sejahtera , Sekolah Teladan , Sekolah Unggulan, dan sebagainya.Dengan cara ini siswa akan terlatih membangun kerangka konseptual dan mengajukan pemecahan secara konseptual untuk memecahkan masalah. |
18. Pembahasan situasi Pelik (Stiky Situation), | 18. Pemecahan situasi Pelik, merupakan strategi pemgembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melaui pertemuan untuk memecahkan masalah yang terkait pada keadaan yang pelik atau dilematik. Seperti: penetapan pilihan membolehkan atau melarang siswa untuk melakukan pendakian gunung atau kegiatan yang mengandung resiko. Dengan cara ini siswa akan terlatih mempertimbangkan resiko dari stiap keputusan melalui lantgkah berpikir kritis dan aspiratif. |
19. Kotak saran ( Suggestion box/ Class Box), | 19. Kotak Saran, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pengumpulan pendapat secara bebas dan rahasia untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitar.misalnya, masukan ke dalam kotak ini pendapat anda tentang cara meningkatkan kegiatan sekolah kita. Dengan cara ini siswa akan terlatih menyampaiakan pendapat dan menghormati privacy atau hak pribadi orang lain. |
20. Pertemuan dalam Pertemuan (And Meeting on Meeting). | 20. Pertemuan dalam Pertemuan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan kelompok kecil dalam konteks pertemuan klasikal atau pertemuan besar. Dengan cara ini siswa akan terlatih dan selalu berusaha untuk memelihara . |
Untuk seksi penayangan isinya hal hal yang penting atau garis besar yang nantinya dipakai sebagai bahan presentasi untuk penyajian kelas (Show Case). Protofolio Dokumentasi lebih bersifat sebagai dokumen dan bukti karya yang telajh dilakukan siswa. Pada protofolio dokumentasi ini juga berisi 4 bagian sesuai dengan kelompok protofolio.
Hasil karya tiap kelompok diwujudkan dalam dua bentuk yaitu portofolio penayangan dan portofolio dokumentasi.
Dengan diselesaikannya tugas-tugas persiapan oleh semua kelompok, selanjutnya dilakukan show-case (gelar kasus). Penyajian portofolio digelar di hadapan dewan tiga orang juri yang mewakili kelompok orang tua, masyarakat, dan sekolah. Penyajian portofolio perlu dibantu oleh
moderator sebagai pengendali jalannya penyajian. Setiap selesai penyajian oleh kelompok, dilakukan tanya-jawab dengan para anggota dewan juri. Dengan demikian setiap kelompok mempunyai wakil sebagai juru bicara untuk penyajian kelompok, dan untuk menjawab pertanyaan dewan juri. Penyajian kelompok dilakukan dengan menayangkan portofolio
tayangan yang sudah dipersiapkan, sesuai dengan tugas masing-masing kelompok.
Setelah kelas selesai menyajikan portofolio dengan kegiatan show-case maka dilakukan refleksi pengalaman belajar. Merefleksi berarti bercermin, maknanya adalah bercermin dari pengalaman belajar portofolio baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun secara klasikal. Dalam refleksi siswa diajak untuk mengevaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar, serta apa yang akan dilakukan sendainya melakukan portofolio di kemudian hari. Refleksi pengalaman belajar berguna untuk menghindari kesalahan di masa mendatang serta untuk meningkatkan kinerja belajar siswa.
Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Dalam naskah KBK 2004 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn
Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Dalam naskah KBK 2004 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn
Setelah memahami pengertian dan makna moral di atas, coba Anda jelaskan perbedaan antara moral dengan moralitas? Sebagai contoh, Anda tentu dapat memberikan contoh perilaku moral yang baik dan kurang baik. Bagaimana cara Anda membelajarkan moral baik dan tidak baik pada siswa? Sebaiknya diawali dengan menceritakan kejadian atau kasus anak bermoral baik atau kurang baik. Cerita Malin Kundang merupakan contoh cerita rakyat yang menggambarkan anak bermoral tidak baik. Buatlah cerita tersebut semenarik mungkin sehingga anak dapat memaknai akibat moral Malin terhadap ibunya. Anak akan belajar bahwa karena sikap moral yang tidak baik, Malin mendapat kutukan dari Tuhan dan sanksi moral dari masyarakat (dicemooh, tidak mendapat teman). Setelah mendengarkan cerita, coba lanjutkan pembelajaran dengan metode sosiodrama/bermain peran, yang memungkinkan anak memainkan peran-peran dalam cerita Malin Kundang.
Setelah memahami pengertian dan makna moral di atas, coba Anda jelaskan perbedaan antara moral dengan moralitas? Sebagai contoh, Anda tentu dapat memberikan contoh perilaku moral yang baik dan kurang baik. Bagaimana cara Anda membelajarkan moral baik dan tidak baik pada siswa? Sebaiknya diawali dengan menceritakan kejadian atau kasus anak bermoral baik atau kurang baik. Cerita Malin Kundang merupakan contoh cerita rakyat yang menggambarkan anak bermoral tidak baik. Buatlah cerita tersebut semenarik mungkin sehingga anak dapat memaknai akibat moral Malin terhadap ibunya. Anak akan belajar bahwa karena sikap moral yang tidak baik, Malin mendapat kutukan dari Tuhan dan sanksi moral dari masyarakat (dicemooh, tidak mendapat teman). Setelah mendengarkan cerita, coba lanjutkan pembelajaran dengan metode sosiodrama/bermain peran, yang memungkinkan anak memainkan peran-peran dalam cerita Malin Kundang.
Pengertian nilai (value), menurut Djahiri (1999), adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang berharga.
Pengertian nilai (value), menurut Djahiri (1999), adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan standar perilaku. Sedangkan menurut Dictionary dalam Winataputra (1989), nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya, sesuatu dianggap memiliki nilai apabila sesuatu tersebut secara intrinsik memang berharga.
a. Model bermain Peran
Dalam model bermain peran, siswa dapat berperan sebagai dan berperilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga semata-mata semua siswa dapat masuk di dalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya. Contoh pada pendekatan induktif di atas tadi dapat dilaksanakan dengan model bermain peran.
b. Model simulasi sosial
Model pembelajaran ini beranggapan bahwa siswa merupakan bagian suatu system yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri yang mempunyai tiga fungsi, yaitu (1) menghasilkan gerakan/tindakan yang diinginkan, (2) membandingkan kesesuaian tindakan dengan rerencana yang telah ditetapkan (mendeteksi kesalahan), dan memanfaatkan kesalahan untuk mengarahkan kepada jalur yang semestinya.
a. Model bermain Peran
Dalam model bermain peran, siswa dapat berperan sebagai dan berperilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga semata-mata semua siswa dapat masuk di dalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya. Contoh pada pendekatan induktif di atas tadi dapat dilaksanakan dengan model bermain peran.
b. Model simulasi sosial
Model pembelajaran ini beranggapan bahwa siswa merupakan bagian suatu system yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri yang mempunyai tiga fungsi, yaitu (1) menghasilkan gerakan/tindakan yang diinginkan, (2) membandingkan kesesuaian tindakan dengan rerencana yang telah ditetapkan (mendeteksi kesalahan), dan memanfaatkan kesalahan untuk mengarahkan kepada jalur yang semestinya.
Dalam pembelajaran PKn tidak semua aktifitas seperti tersebut diatas dilaksakan. Sebagai contoh, guru bermaksud membelajarkan sikap menghargai jasa pahlawan. Guru dapat mengawalinya dengan bercerita seperti contoh pada pembelajaran pendekatan ekspositori, tetapi guru tidak cerita terus sampai kesimpulan akhir, tetapi siswa diminta untuk menganalisisnya. Guru sekedar memberi data, fakta adanya pemberontakan-pemberontakan. Siswa diminta menganalisis mengapa pemberontakan itu terjadi, mengapa pemberontakan selalu dapat dipadamkan, sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri mengapa harus menghargai jasa pahlawan. Jika siswa kesulitan, guru dapat membimbingnya.
Dalam pembelajaran PKn tidak semua aktifitas seperti tersebut diatas dilaksakan. Sebagai contoh, guru bermaksud membelajarkan sikap menghargai jasa pahlawan. Guru dapat mengawalinya dengan bercerita seperti contoh pada pembelajaran pendekatan ekspositori, tetapi guru tidak cerita terus sampai kesimpulan akhir, tetapi siswa diminta untuk menganalisisnya. Guru sekedar memberi data, fakta adanya pemberontakan-pemberontakan. Siswa diminta menganalisis mengapa pemberontakan itu terjadi, mengapa pemberontakan selalu dapat dipadamkan, sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri mengapa harus menghargai jasa pahlawan. Jika siswa kesulitan, guru dapat membimbingnya.
Sekarang ini, kiranya tidak ada lagi guru yang melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori, di mana guru tidak memberi kesempatan bertanya kepada siswanya, bahkan sebaliknya, guru mendorong dan menyuruh siswa supaya bertanya, sehingga interaksi tidak hanya satu arah. Yang jelas, dalam pembelajaran model ekspositori ini pada dasarnya siswa tinggal menerima apa yang diberikan guru., berbeda dengan ketrampilan proses, yang mana siswa diberi kesempatan untuk menganalisis suatu permasalahan yang disajikan guru.Sebagai contoh, misalnya guru menjelaskan mengapa kita harus menghormati jasa pahlawan. Untuk ini diawali dari contoh pemberontakan-pemberontakan untuk melawan penjajah dan selalu dapat dipadamkan oleh penjajah. Selanjutnya guru menjelaskan munculnya ide persatuan untuk mencapai kemerdekaan karena Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa persatuan bangsa. Tindak lanjut dari ide tersebut, guru menerangkan proses terjadinya sumpah pemuda dan akhirnya tergalang semua kekuatan bangsa untuk bersama-sama melawan penjajah. Dengan gaya mimik yang cukup simpatik, dilengkapi gambar-gambar yang relevan, guru dapat membuat siswa serius mengikuti cerita guru. Akhirnya guru menjelaskan dan mengarahkan pentingnya kita menghormati para pahlawan.
Sekarang ini, kiranya tidak ada lagi guru yang melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori, di mana guru tidak memberi kesempatan bertanya kepada siswanya, bahkan sebaliknya, guru mendorong dan menyuruh siswa supaya bertanya, sehingga interaksi tidak hanya satu arah. Yang jelas, dalam pembelajaran model ekspositori ini pada dasarnya siswa tinggal menerima apa yang diberikan guru., berbeda dengan ketrampilan proses, yang mana siswa diberi kesempatan untuk menganalisis suatu permasalahan yang disajikan guru.Sebagai contoh, misalnya guru menjelaskan mengapa kita harus menghormati jasa pahlawan. Untuk ini diawali dari contoh pemberontakan-pemberontakan untuk melawan penjajah dan selalu dapat dipadamkan oleh penjajah. Selanjutnya guru menjelaskan munculnya ide persatuan untuk mencapai kemerdekaan karena Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa persatuan bangsa. Tindak lanjut dari ide tersebut, guru menerangkan proses terjadinya sumpah pemuda dan akhirnya tergalang semua kekuatan bangsa untuk bersama-sama melawan penjajah. Dengan gaya mimik yang cukup simpatik, dilengkapi gambar-gambar yang relevan, guru dapat membuat siswa serius mengikuti cerita guru. Akhirnya guru menjelaskan dan mengarahkan pentingnya kita menghormati para pahlawan.